Kenapa Kita Suka Horor?

Awal bulan Juni 2016 lalu, Conjuring 2 jadi salah satu tren di dunia maya dengan meme-meme Valak bertebaran di mana-mana. Saya tidak akan membahas film itu di sini karena saya lebih tertarik dengan pertanyaan, kenapa kita suka dengan hal-hal berbau horor?

Faktanya, kebanyakan film-film lokal kita beraroma horor dengan judul-judul yang tak kalah ‘mengerikan’ seperti “Setan Luluran”, “Tali Oncom”, atau malah “Beranak dalam Dubur”. Eh salah ya…

amnesia-the-dark-descent

Ehm, saya kira Anda semua tahu maksud saya. Tak hanya film, sejumlah game terlaris pun berasal dari genre horor, seperti Resident Evil, Silent Hill, Amnesia, Slenderman, dkk.

Mungkin memang lebih mudah menjelaskan kenapa kita menyukai drama romantis, komedi, ataupun film action karena genre-genre tadi menyuguhkan emosi yang positif.

Namun, game ataupun film horor itu bertujuan menakuti Anda dan bukankah ketakutan itu adalah emosi negatif? Kenapa kita bisa menikmati hal tersebut?

Sebenarnya ada banyak teori dan jawaban yang mencoba menjelaskan hal ini, tergantung dari perspektif mana Anda ingin melihatnya.

Namun, saya menemukan beberapa jawaban yang menurut saya cukup menarik untuk menjelaskan kenapa kita suka ditakut-takuti.

zombie-brain-sunday

1. Brain…

Jawaban pertama datang dari perspektif neurologi. Di sejumlah studi yang dilakukan, otak kita menghasilkan adrenaline, endhorphins, dan dopamine ketika kita sedang melakukan aktifitas yang menegangkan, termasuk menonton film horor.

Dopamine merupakan hormon yang mengatur saraf kepuasan dan kenikmatan di otak kita. Sedangkan Adrenaline merupakan hormon yang dihasilkan ketika kita berada di situasi menegangkan (fight-or-flight). Endorphins merupakan neurotransmitter yang mungkin dapat dikatakan seperti sebuah ‘narkotika alami’ yang memberikan efek di otak layaknya heroin dan morfin.

Mmm… Mungkin memang penjelasan tadi terlalu sederhana namun penjelasan lengkap tentang hormon-hormon tadi akan jadi terlalu panjang jika dijelaskan dengan detil di sini.

types-of-neurotransmitters_med

Harapan saya, Anda mau mencari tahu lebih jauh tentang hormon-hormon tadi dari orang ataupun sumber-sumber yang memang lebih fokus pada pengejaran ilmu Biologi / Neurologi yang lebih dalam.

Namun, pada dasarnya, ketiga hormon yang dihasilkan tubuh kita tadi ketika menonton film atau bermain game horor merupakan hormon yang adiktif – alias membuat kita ketagihan – walaupun juga faktanya memang dibutuhkan oleh tubuh kita.

Plus, David Zald, seorang profesor Psikologi, mengatakan bahwa tiap-tiap orang merasakan respon yang berbeda-beda dari hormon yang sama. Ada yang lebih dapat merasakan kenikmatan dopamine lebih tinggi dari yang lainnya. Bahkan ada juga yang tidak memiliki ‘rem’ terhadap pelepasan dopamine di otak.

Karena itulah sejumlah orang lebih menyukai aktifitas yang menantang dan menegangkan ketimbang orang-orang lainnya.

american-horror-story-freak-show

2. Fiction

Jawaban kedua datang dari ranah Psikologi atau bisa juga Sastra. Dari perspektif ini, sebenarnya kita, manusia, tidak benar-benar suka dengan perasaan takut atau ditakut-takuti.

Jadi, kita sadar betul bahwa menonton atau bermain game horor itu tidak nyata. Kita tahu karena itu pilihan kita yang kita ambil dengan penuh kesadaran bahwa kita memang ingin menikmati hal-hal berbau horor sehingga kita tahu ekpektasi kondisi dan situasi yang akan kita hadapi selama beberapa waktu kedepan.

novel-horor

Plus, pikiran kita juga sadar betul bahwa yang ada di depan kita hanyalah sebatas fiksi – atau paling tidak tetap ada konflik di alam kognitif kita antara fiksi dan kenyataan.

Pasalnya, perasaan takut yang kita rasakan saat menonton film horor dengan tersesat di kuburan sendirian semalaman itu sangat jauh berbeda – atau jika Anda tidak takut hantu, coba cari aktifitas lain yang benar-benar berbahaya seperti tidur di kandang buaya (tolong jangan lakukan ini sungguhan, saya memang seringkali hiperbolis memberikan contoh ^,^).

fYEUSnt

So, dari perspektif ini, otak dan logika kita sebenarnya bisa membedakan mana ketakutan yang memang riil dan mana yang tidak riil – mana yang resikonya memang riil dan tidak.

Ditambah lagi, kita memang sebenarnya suka, atau bahkan mungkin ketagihan, dengan satu candu yang bernama fiksi – dalam bentuk media yang berbeda-beda, seperti film, game, ataupun buku.

curiousity

3. Curiousity

Kenyataannya, manusia tidak akan pernah lepas dari rasa ingin tahu. Bedanya, tiap-tiap orang memiliki selera masing-masing atas rasa ingin tahunya.

Ada yang lebih penasaran dengan gosip selebriti atau gosip tetangga, ada yang penasaran dengan ilmu pengetahuan, ataupun hal-hal lainnya. Namun kita semua sebenarnya KEPO terhadap hal-hal yang menarik perhatian kita.

Dari rasa ingin tahu itu jugalah kita tertarik untuk mencari hal-hal berbau horor karena kita ingin tahu ending ataupun asal muasal hal yang menyeramkan itu – baik itu hanya untuk memuaskan rasa keingintahuan ataupun tujuan yang lebih jauh.

penasaran-keingintahuan

Faktanya, manusia memang seringkali mencoba melogikakan hal-hal yang sebelumnya di luar nalar kita. Dengan menonton film horor, kita bisa tahu Valak itu sebenarnya apa, kenapa dia ada, makanan favoritnya apa, ukuran sepatunya berapa…

Karena, manusia sebenarnya juga takut dengan hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan nalarnya masing-masing. Itulah sebabnya mereka yang ‘takut’ dengan internet dan game, kemungkinan besar, adalah orang-orang yang ‘gaptek‘.

Dengan melogikakan hal-hal yang sebelumnya di luar nalar tadi, kita jadi bisa lebih mengatasi ketakutan kita di kepala kita masing-masing – atau bahkan mencari manfaat dari hal-hal yang tadinya di luar nalar kita.

Curiosity-Quotes-28

Finally…

Akhirnya, saya pribadi percaya bahwa satu pertanyaan bisa saja memiliki sejumlah jawaban yang sama-sama benar, tergantung dari perspektifnya.

Namun, dari tulisan ini, ada 3 jawaban yang bagi saya masuk akal tentang kenapa kita menyukai hal-hal yang berbau horor.

Jika, Anda tidak setuju, Anda bisa mencari sendiri jawaban-jawaban baru yang menurut Anda masuk akal – dan memang itulah sebenarnya tujuan saya dengan zilbest.com ini: untuk mengajak Anda belajar lebih dalam dan lebih jauh tentang hal-hal di sekitar kita, termasuk hal-hal berbau horor ^,^.

“The important thing is not to stop questioning. Curiosity has its own reason for existing.” ― Albert Einstein

Jakarta, 28 Juni 2016

Yabes Elia

Yabes Elia

Yabes Elia

An empath, a jolly writer, a patient reader & listener, a data observer, and a stoic mentor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.