Kenapa Kita Suka dengan Personality Quiz, Kuis Facebook, dan Semacamnya?

kuis facebook

Saya yakin setiap kita pasti pernah mencoba kuis-kuis di jejaring sosial. “Karakter GoT siapakah kamu?”, “Pekerjaan seperti apakah yang cocok untuk kamu?”, “Tipe pacar yang seperti apakah kamu?”, “Apakah arti nama kamu yang sebenarnya?” dan kuis-kuis lainnya semacamnya memang sangat menggoda dan menarik untuk dijawab.

Namun, pertanyaanya, kenapa kita tergoda dan tertarik mengikuti kuis seperti itu? Jika jawaban Anda adalah karena suka (titik!), silakan tutup halaman ini – saya tidak ingin membuang waktu Anda.

BACA JUGA: A PSYCHOLOGICAL APPROACH: ANTARA GAMER DAN FANATISME

Saya mencoba mencari jawabannya di banyak artikel di dunia maya dan menanyakan hal tersebut ke diri saya sendiri. Hasilnya, saya menemukan 3 hal yang masuk di akal saya.

1. Personalitas yang lebih konkrit dan sederhana

credits: dilbert.com

Jujur saja, IMHO, personalitas kita itu sebenarnya kompleks sekali dan mungkin terlalu abstrak untuk dijabarkan dengan kata-kata.

Mungkin, ada sebagian dari Anda di sini yang juga masih percaya bahwa Anda termasuk dalam salah satu dari 4 klasifikasi sifat kuno (Four Tempraments kata kuncinya kalau Anda mau googling), yaitu sanguine, phlegmatic, choleric, dan melancholic.

Ilmu psikologi modern sebenarnya sudah tidak mempercayai hal tersebut karena berbagai alasan.

Namun, mungkin memang tidak banyak disadari, banyak orang yang mengamini hal tersebut karena memang sederhana dan terlihat lebih konkrit.

Sama halnya dengan kuis-kuis di jejaring sosial yang mencoba menguantifikasi dan menyederhanakan personalitas Anda karena sifat Anda bisa disamakan atau diidentifikasi dengan karakter-karakter fiksi populer.

Saya lebih percaya bahwa personalitas kita itu berubah-ubah dari waktu ke waktu, dari satu ranah ke ranah lainnya – jika mau disadari dengan jujur.

Di dunia profesional, kita bisa jadi orang praktis yang akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Di aspek personal, kita bisa berubah jadi idealis yang menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa, pembela kebenaran, mengutuk ketidakadilan, ataupun bla bla bla lainnya macam Dasa Dharma Pramuka.

2. “Lihatlah siapa saya yang sebenarnya!”

credits: John Atkinson

Jawaban ini saya temukan di sebuah artikel di Wired yang menggunakan Sherry Turkle, seorang psikolog dari MIT, sebagai narasumbernya.

Ia bahkan mengatakan bahwa hal ini sebenarnya juga merupakan alasan kenapa kita butuh bersosialisasi: karena kita ingin menunjukkan pada orang lain siapa diri kita.

“As quizzes have become a lucrative option for online publishers, they’ve also a signifier of self, as indicative of who we are as the profile pictures we choose, the music we publicly listen to on Spotify, or even what kind of bath towels we just bought on Amazon. The fun isn’t taking the quiz—it’s showing the result to others.” – Sherry Turkle

Saya pribadi juga percaya dengan jawaban tersebut. Banyak sekali aksi kita, baik offline ataupun online, yang sebenarnya berbasiskan pada keinginan diri untuk membentuk personal image.

3. Karena, seringnya, kita lebih suka jawaban menyenangkan ketimbang jawaban jujur

credits: glasbergen.com

Saya kira setiap orang yang logis dan kritis tahu bahwa orang-orang terdekat kita lah yang bisa memberikan jawaban jujur tentang siapa kita, bukan kuis-kuis di dunia maya yang tidak jelas algoritmanya ataupun basis ilmiahnya.

Saya lebih percaya bahwa orang tua (jika Anda memang dibesarkan oleh mereka), saudara kandung, anak, pasangan, kawan, rekan kerja, ataupun orang-orang yang sudah mengenal Anda bertahun-tahun bisa lebih akurat dalam mendeskripsikan personalitas Anda – daripada kuis yang hanya berisikan 5 pertanyaan atau bahkan ribuan pertanyaan.

Karena, orang-orang terdekat Anda tadilah yang benar-benar merasakan bagaimana Anda memperlakukan mereka. Namun, sayangnya, kebanyakan dari kita memang lebih suka jawaban menyenangkan daripada jawaban jujur.

Saya belum pernah melihat hasil kuis online yang mendeskripsikan kita sebagai orang yang tidak mampu bekerja di bawah tekanan, orang yang tidak bisa menahan emosi, orang yang tidak konsisten, pemalas, ataupun personalitas negatif lainnya.

Padahal, saya kira Anda dan saya pasti punya sikap dan sifat negatif. Setiap kita pasti punya kekurangannya masing-masing. Setidaknya, saya tahu saya sendiri punya banyak sekali kekurangan.

Kenapa? Jawabannya sederhana. Karena kita tidak mau nge-share sifat dan sikap negatif diri kita. Padahal, kuis online itu dibuat hanya untuk satu tujuan: supaya traffic (pageview atau engagement) nya besar.

Penutup

3 jawaban yang ada di artikel singkat ini mungkin memang belum lengkap – mungkin Anda yang jurusan psikologi atau sosiologi bisa melakukan riset dan menjabarkan jawaban yang lebih ilmiah dan komprehensif.

Seperti biasanya juga, saya tidak ingin melarang siapapun untuk melakukan apapun – selama tidak merugikan orang lain – termasuk menjawab personality quiz dan membagikannya.

Saya lebih suka berbagi informasi dan pengetahuan. Keputusannya saya serahkan ke tangan Anda. Jika Anda bahagia dan bisa berbagi kebahagian Anda dengan apa yang Anda lakukan, silakan lanjutkan. ^,^

Jakarta, 20 Agustus 2017.

Yabes Elia

Yabes Elia

Yabes Elia

An empath, a jolly writer, a patient reader & listener, a data observer, and a stoic mentor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.