Sejarah Hari Halloween, Perayaan yang Sering Dikira Sebagai Pemujaan Iblis

Perayaan Halloween seringkali dikaitkan dengan pemujaan iblis oleh masyarakat. Apakah benar? Simak asal-usul, pengertian, serta sejarah Halloween berikut ini.

Sering dikaitkan dengan hal-hal gaib, hari Halloween biasanya dirayakan dengan pesta kostum, makan bersama, hingga trick or treat jika melihat budaya negara luar. Namun, kegiatan Halloween yang paling ikonik menurut saya pribadi adalah trick or treat. Sekadar informasi, kegiatan ini biasanya diikuti oleh anak-anak atau remaja berkostum menyeramkan. Pada malam hari, mereka akan berkunjung dari rumah ke rumah sambil menanyakan “trick or treat?“.

Labu Jack O’ Lantern – Image Credit: FoxNews

Pertanyaan tersebut biasanya akan dijawab oleh sang tuan rumah dengan memberikan permen atau camilan. Sebaliknya, jika tuan rumah menolak memberikan ‘treat‘, mereka akan dijalihi alias menerima ‘trick’ dari anak-anak tersebut. Di sana, rumah-rumah juga akan dihiasi dengan hiasan bertema Halloween seperti labu Jack O’Lantern. Bagi yang belum tahu, Jack O’Lantern ini merupakan buah labu yang dilubangi dan dibentuk menjadi sebuah wajah yang menyeramkan.

Selain di AS, beberapa tahun terakhir ini sejumlah negara lain juga mulai ketularan pesta kostum ala Halloween. Di Indonesia sendiri juga sudah banyak yang menggelar pesta kostum untuk perayaan yang diperingati tiap tanggal 31 Oktober itu. Namun, di sini masih belum ditemukan budaya “trick or treat” yang biasa dilakukan oleh anak-anak dan remaja di AS maupun beberapa negara di benua Eropa.

Bukan hal yang baru, perayaan Halloween ini ternyata sudah ada sejak berabad-abad lalu. Dari mana kah asal Halloween? Dan mengapa perayaan ini seringkali dihubungkan dengan hal-hal berbau mistis? Nah, bagi Anda yang penasaran, berikut adalah sejarah lengkap serta asal-usul Halloween.

Sejarah Halloween Kuno dari 20 Abad Lalu

Ilustrasi Perayaan Samhain – Image Credit: Sundbird via Getty Image

Budaya Halloween sendiri ternyata berasal dari suatu festival kuno bangsa Celtic bernama Samhain. Dikutip dari History, Bangsa Celtic atau kerap disebut Kelt hidup sekitar 2,000 tahun lalu di daerah yang sekarang menjadi Irlandia, Inggris Raya, dan Prancis Utara. Berbeda dengan kita sekarang, leluhur bangsa Eropa ini merayakan tahun barunya tiap tanggal 1 November.

Menurut mereka, 1 November menandakan habisnya musim panas dan berganti ke musim dingin. Pada saat itu, musim dingin sering dikaitkan dengan kematian manusia karena minimnya hasil panen dan tentu saja, cuaca yang sangat dingin. Karena itu, Celtic percaya bahwa setiap malam sebelum tahun baru, perbatasan antara dunia nyata dan gaib akan terbuka. Membuat orang-orang yang sudah meninggal dapat kembali dan berinteraksi di dunia nyata.

Nah, pada malam hari tanggal 31 Oktober, mereka merayakan festival Samhain untuk ‘menenangkan’ arwah-arwah yang menyebrang ke dunia nyata. Mereka meyakini bahwa jiwa-jiwa orang mati itu harus ditenangkan demi memastikan keselamatan masyarakat dan ternak mereka selama musim dingin.

Saat memperingati festival Samhain, para pendeta (orang suci) di bangsa Celtic akan membuat api unggun suci yang besar. Dengan api unggun itu, orang-orang berkumpul untuk membakar hasil panen dan hewan sebagai ‘sesajen’ untuk dewa mereka. Selama festival berlangsung, mereka juga akan mengenakan kostum yang biasanya terdiri dari kepala dan kulit binatang.

Pengaruh Kekristenan Pada Festival Samhain yang Menjadi Sejarah Halloween

Ilustrasi Festival Feralia di Roma – Image Credit: Roma.com

Pada tahun 43 M, daerah yang tadinya dikuasai oleh bangsa Celtic diserang dan diambil alih oleh Kerajaan Roma. Dan selama Kerajaan Roma menduduki tanah Celtic, tercipta dua festival kuno Roma yang diadopsi dari perayaan Samhain. Dua festival tersebut bernama Feralia dan Pomona.

Mirip dengan Samhain, festival Feralia ini digelar pada akhir bulan Oktober untuk memperingati meninggalnya leluhur mereka. Juga diambil dari Samhain, Pomona adalah hari untuk menghormati dewi buah dan pohon Romawi.

Biasanya, saat perayaan Pomona, masyarakat yang belum menikah akan memainkan permainan tradisional yang menantang mereka untuk mengigit apel yang mengambang di air atau digantung di tali. Permainan yang akhirnya disebut dengan “apple bobbing” inilah yang masih ada dan dimainkan sampai Halloween sekarang.

Sekitar 550 tahun kemudian, tepatnya pada 13 Mei 609M, Paus Boniface IV dari Roma menetapkan hari tersebut sebagai perayaan untuk menghormati semua martir Kristen. Di saat yang sama, perayaan Katholik “All Martyrs Day” juga ditetapkan di gereja-gereja barat. Namun, setelah beberapa waktu, perayaan yang awalnya ditetapkan pada 13 Mei ini akhirnya diubah oleh Paus Gregorius III menjadi tanggal 1 November. Tidak hanya itu, Ia juga memperluas penghormatan dan memasukkan semua orang kudus dan martir.

Image Credit: La Cronaca Di Roma

Pada abad ke-9, pengaruh agama Kristen telah menyebar hingga ke tanah Celtic yang membuat percampuran budaya antara agama Kristen dan Celtic kuno. Buntut dari percampuran ini adalah akhirnya pada tahun 1000 M, gereja menetapkan tanggal 1 November sebagai hari untuk menghormati orang yang telah meninggal dan diberi nama “All Souls’ Day”. Banyak orang percaya bahwa penetapan hari besar oleh gereja ini bertujuan untuk menggantikan festival Samhain.

Dari perayaannya, All Souls’ Day ini sangat identik dengan festival Samhain yang menggunakan api unggun besar, parade, serta orang-orang yang mengenakan kostum. Bedanya, kostum yang dipakai bukan kepala atau kulit hewan, melainkan kostum (cosplay) sebagai orang suci, malaikat, atau iblis. Nah, perayaan All Saints’ Day ini juga sering disebut dengan All-hallows atau All-hallowmas. Penamaan tersebut diambil dari bahasa Inggris kuno (Middle English) “Alholowmesse” yang memiliki arti All Saints’ Day.

Nah, perayaan tradisional ala Samhain pada malam sebelum All Saints’ Day (malam hari 31 oktober) mulai disebut sebagai All-Hallows Eve. Nama ini terus berkembang hingga akhirnya menjadi Halloween atau Hallowe’en. Dan itulah asal-usul dan sejarah Halloween.

Perayaan Halloween Modern di Asia, Tragedi di Korea

Akhir-akhir ini, budaya Halloween di benua Asia sendiri sebenarnya sudah lumayan populer. Beberapa negara seperti Singapura, Korea Selatan, bahkan Indonesia telah mengadakan banyak gathering pesta kostum di berbagai kota. Selain itu, banyak toko-toko, restoran, hingga tempat rekreasi yang memberikan sejumlah promo spesial Halloween.

Image Credit: Reuters – Yonhap

Di Korea Selatan, pesta Halloween juga digelar secara besar-besaran. Namun, pada tanggal 29 Oktober 2022 kemarin di kota Itaewon, pesta Halloween yang dihadiri oleh lebih dari 100 ribu orang berakhir dengan naas. Tragedi itu menewaskan 149 orang karena henti jantung setelah ribuan orang berdesak-desakan memadati pesta di jalan sempit Itaewon. Acara Halloween Itaewon 2022 tersebut merupakan yang pertama setelah tiga tahun hiatus karena pembatasan COVID-19.

Penutup

Image Credit: blogTO

Nah, itu dia tadi sejarah lengkap, asal-usul, serta sedikit pengertian mengenai perayaan Halloween yang jatuh pada hari Senin, 31 Oktober 2022. Jadi, bagi yang masih mempercayai Halloween itu untuk memuja iblis atau setan, bukan ya guys… Halloween ini hanya perayaan untuk menghormati orang-orang yang sudah mendahului kita. Perayaan ini bahkan ditetapkan secara resmi oleh gereja lho!

Di sisi lain, kekerasan dalam rumah tangga akhir-akhir ini juga menjadi trending topic di Indonesia karena beberapa kasus seperti Johnny Depp vs Amber Heard hingga Lesti Billar. Nah, bagi Anda yang penasaran tentang sejarah serta perkembangan KDRT, Anda dapat membacanya di sini.

Feat image credit: thatssotampa.com

Thio Sean

Thio Sean

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.