Percaya diri sering kali menjadi kunci sukses seseorang di dalam hidup. Banyak faktor yang berperan dalam membangun kepercayaan diri seseorang, seperti lingkungan dan pendidikan. Dan sebaliknya, banyak juga alasan yang menghambat seseorang untuk tidak pede.
Rasa percaya diri tidaklah dibangun dalam seketika. Proses seseorang untuk mendapatkan rasa percaya diri yang tinggi memerlukan banyak pengalaman dan usaha. Perasaan tidak pede sebaiknya jangan dianggap sepele, karena bisa mempengaruhi beragam aspek kehidupan, mulai dari hal kecil, hingga keputusan-keputusan krusial di dalam hidup.
Menurut Nick Wignall, seorang penulis dan juga psikolog, terdapat 5 alasan di balik ketidakpedean seseorang, yaitu:
1. Terbiasa Meminta Validasi dari Orang Lain.
Mendengarkan pendapat dari seseorang bukanlah sesuatu yang buruk. Hal tersebut sering dimanfaatkan untuk mendapat pengalaman orang lain atau sekadar menambah wawasan. Namun ada kalanya, kebiasaan tersebut menyebabkan ketergantungan.
Jika seseorang terbiasa meminta pendapat orang lain sebelum melakukan sebuah tindakan, mekanisme pengolahan emosionalnya lambat laun akan menjadi tumpul. Dan ketika orang tersebut bertemu suatu kondisi yang menuntut kemampuan pengambilan keputusan mereka sendiri, rasa percaya diri yang tidak diasah akan langsung nampak.
Ketakutan dan insecurity setiap orang adalah milik masing-masing. Jika Anda tidak bisa mengolah perasaan dengan baik, seringkali perasaan negatif tersebut akan mengambil alih dan menurunkan rasa pede.
2. Sering Meragukan Diri Sendiri
Kemampuan diri seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan rasa percaya dirinya. Seseorang bisa saja memiliki ilmu yang cukup, namun masih merasa kurang pede. Begitu pula sebaliknya, ada juga orang yang pede setinggi langit, namun tidak didukung oleh kemampuan yang memadai (walau hal ini tidak selamanya hal yang buruk).
Jika Anda terbiasa meragukan diri Anda, maka otak akan terbiasa untuk melakukan hal tersebut, baik secara sadar maupun tidak. Jadi, akibat perasaan keraguan terhadap diri sendiri, tingkat kepercayaan diri juga akan pasti terdampak.
3. Sering Membayangkan Situasi Terburuk
Jika di depan ada lobang, tentu kita akan menghindarinya. Seperti sebuah pepatah mengatakan “Hanya keledai yang jatuh ke dalam lubang yang sama dua kali”. Peribahasa tersebut cocok untuk mendeskripsikan pembelajaran terhadap kesalahan.
Namun, melihat dan membayangkan adalah dua hal yang berbeda. Jika melihat lubang di depan, maka sebaiknya dilewati atau dihindari. Namun jika keadaan tersebut hanya “dibayangkan” saja, masalah tersebut belum tentu nyata ada di hadapan Anda.
Jika seseorang terbiasa membayangkan worst-case-scenario dari sebuah masalah, rasa percaya diri akan terkikis oleh banyaknya pertimbangan-pertimbangan untuk menghindari masalah. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, situasi terburuk kerap kali hanya ada di dalam benak saja.
Menurut sebuah studi di Penn State University, kemungkinan hal yang dikhawatirkan manusia akan benar-benar terjadi hanyalah sebesar 8,6%.
4. Berkutat di kesalahan masa lampau
Merenungkan dan merefleksikan masa lalu merupakan hal yang lumrah untuk dilakukan. Semua manusia tentu pernah melakukan kesalahan. Dalam beberapa kasus, mengendalikan diri untuk tidak terperosok ke dalam kesalahan yang sama dapat meningkatkan rasa percaya diri.
Tapi jika Anda terus mengingat-ingat kesalahan tanpa ada usaha untuk memperbaikinya, hal tersebut malah menghambat kemajuan diri. Anda hanya akan menyimpan rasa percaya diri dan self-worth yang rendah.
Salah satu tips yang bisa dilakukan adalah Anda harus bisa menerima bahwa masa lalu tidak bisa diubah, bagaimana pun caranya. Dengan mengubah kebiasaan dan cara pandang, maka akan lebih mudah untuk mengalihkan pandangan dari masa lalu yang memalukan.
5. Takut merasa takut
Ketakutan merupakan salah satu emosi manusia yang normal. Rasa takut kerap kali muncul ketika menghadapi sesuatu yang tidak bisa dibayangkan atau diterka. Franklin Roosevelt, seorang Presiden Amerika, pernah berkata bahwa hal yang perlu kita takuti adalah rasa takut itu sendiri.
Perasaan takut bisa mempengaruhi tingkat kepedean seseorang. Menurut Nick Wignall, rasa pede yang rendah datang bukan dari apa yang menjadi sumber ketakutan, namun dari perasaan takut itu sendiri.
Misalnya ketika Anda diminta untuk berbicara di depan umum, yang membuat Anda tidak pede bukan berasal dari bagaimana cara Anda menyampaikan pesan, melainkan perasaan diri sendiri yang khawatir akan kelupaan sesuatu, cemas tidak bisa mendapatkan kesan yang baik, dan perkataan-perkataan negatif orang lain yang berasal dari imajinasi Anda sendiri.
Jika Anda merasa tidak pede dan takut dalam waktu yang sama, mungkin saja Anda memiliki masalah dalam mengolah rasa takut itu sendiri. Seperti yang sudah dikatakan, rasa takut adalah perasaan yang wajar. Anda perlu meyakinkan diri untuk melewati rasa takut tersebut.
Seperti rasa takut, emosi lain yang sering dialami manusia adalah rasa marah. Dalam beberapa tahun terakhir, orang semakin mudah bereaksi terhadap banyak hal, yang salah satunya disebabkan karena adanya teknologi sosial media. Dan ternyata amarah dieksploitasi oleh sejumlah perusahaan untuk mencari untung.