Mengapa Orang Dewasa Sulit Memiliki Teman?

Aktivitas yang semakin padat memang menjadi rutinitas standar bagi siapapun saat menjadi dewasa. Namun banyak orang yang terkadang tidak siap untuk menyambut kehidupan dewasa atau adult life. Terutama untuk kehidupan sosial karena sulit memiliki teman.

Saya pun tidak memungkiri bahwa transisi menuju kedewasaan memang tidak menyenangkan. Semakin banyak beban dan tanggung jawab yang harus ditanggung, tapi tidak ada moral support dari orang di sekitar. Terutama untuk mereka yang sudah jauh dari keluarga dan belum memiliki pasangan.

Teman tentunya menjadi satu-satunya harapan untuk dapat terus mengisi  ‘social battery’ mereka. Terutama bagi mereka yang ekstrovert dan memerlukan banyak interaksi sosial untuk mengisi baterai sosialnya. Namun bagi introvert sekalipun pasti memiliki momen ketika mereka ingin berinteraksi dengan manusia lainnya.

Epidemi kesepian

Image Credit: Pexels

Meskipun tidak banyak dibahas, namun dunia saat ini sebenarnya tengah dilanda ‘Loneliness Epidemic’ atau Epidemi kesepian. Newsworthy Cigna bahkan membahas bahwa epidemi kesepian ini meningkat karena adanya pandemi global Covid-19 yang terjadi 2 tahun ke belakang.

Dalam penelitiannya, terungkap bahwa lebih dari separuh atau tepatnya 58% orang dewasa di Amerika Serikat saat ini tengah merasa kesepian. Dan angka tersebut telah konsisten selama beberapa tahun. Menunjukkan bahwa kesendirian merupakan hal yang selalu hampir selalu terjadi.

Perasaan kesepian atau kesendirian ini juga menjadi mengkhawatirkan karena ia akan mempengaruhi kesehatan mental sedikit demi sedikit. Bahkan kurangnya interaksi sosial tersebut dipercaya dapat menyebabkan banyak penyakit dan juga memperpendek umur.

Penelitian dari Universitas of York bahkan menjabarkan bagaimana kesepian dan isolasi sosial memperbesar resiko seseorang menderita penyakit jantung koroner dan bahkan stroke. Terlebih kelompok umur yang kini sudah merasa kesepian didominasi dari anak muda.

Pada dasarnya hampir seluruh orang menginginkan banyak teman, namun sayangnya ada banyak faktor yang menghambat hal tersebut. Baik faktor dari luar seperti pandemi, kesibukan masing-masing, maupun dari dalam diri orang tersebut sendiri semisal kesibukan, perubahan prioritas, dll.

Tantangan mencari teman bagi orang dewasa

Banyak orang yang merasa bahwa mencari teman ketika kita dewasa tidaklah semudah ketika mereka kecil. Sekolah, kegiatan ekstra, organisasi, les, atau hanya sekedar bermain di sekitar rumah di sore hari memang memberikan kesempatan membentuk pertemanan.

Sayangnya, hal-hal tersebut tidak tersedia bagi orang dewasa yang hari-harinya telah dipenuhi dengan pekerjaan dan berbagai prioritas lainnya. Apalagi bila mereka telah memiliki keluarga. WBUR menyebutkan bahwa ketika seseorang menjadi dewasa, mereka memiliki semakin sedikit lingkungan yang mendukung mereka untuk berteman.

Waktu juga menjadi faktor utama bagi orang dewasa sulit memiliki teman. Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of Social and Personal Relationships menyebutkan bahwa mencari teman membutuhkan waktu yang cukup lama.

Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membuat seseorang menjadi teman kasual membutuhkan waktu interaksi sebanyak 50 jam. Sedangkan teman dekat membutuhkan setidaknya interaksi selama 200 jam. Jumlah tersebut tentunya sebuah dedikasi yang tidak sedikit.

Bagaimana cara mencari teman?

Image Credit: Pexels

Untuk dapat memiliki teman, maka Anda harus mencari teman tersebut terlebih dahulu. Dan hal paling utama untuk mencari teman adalah dengan menghabiskan waktu bersama di dunia. Hal ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Sam G.B. Roberts dan Robin I.M. Dunbar.

Disebutkan bahwa dengan menghabiskan waktu untuk beraktivitas bersama dengan orang lain akan secara otomatis membentuk hubungan pertemanan. Sehingga yang harus dilakukan sekarang adalah mencari tahu apa hal yang akan menjadi akar terhadap pertemanan tersebut.

Hal tersebut bisa dicari melalui kesamaan hobi semisal bermain game, menonton film, berkebun, olah raga, dan lainnya. Hobi inilah yang nantinya akan menjadi support untuk menjalin interaksi dengan orang lain. Karena adanya kesamaan minat tidak akan membuat seseorang merasa teralienisasi.

Pertemanan online melalui media sosial merupakan praktek paling mudah untuk mulai mencari pertemanan. Dari interaksi dunia maya tersebut nantinya secara bertahap dapat ditingkatkan ke interaksi di dunia nyata seperti meet-up atau aktivitas grup di dunia nyata lainnya.

Komitmen dalam berteman

Ketika interaksi pertemanan mulai terjalin, kedua belah pihak atau lebih tersebut juga tetap sama-sama memiliki tugas yang berat yaitu menjaga pertemanan. Karena berbeda dengan pertemanan masa kecil, pertemanan di kehidupan dewasa membutuhkan komitmen dan kepercayaan.

Wieselquist Jennifer menuliskan dalam penelitiannya bahwa pertemanaan saat dewasa merupakan hubungan yang penuh situasi beresiko. Karena ketika sama seperti hubungan pada umumnya, semakin dekat seseorang maka ketergantungan mereka kepada partner-nya semakin tinggi.

Maka dari itu dibutuhkan komitmen bersama untuk saling menjaga kualitas interaksi. Semua pihak harus sama-sama aktif baik dalam memulai maupun memberikan respon interaksi.

Tapi tidak perlu khawatir karena menjaga hubungan pertemanan sebenarnya tidak seketat menjaga hubungan romantis ataupun keluarga. Karena dalam hubungan pertemanan yang sehat harusnya juga ada toleransi terhadap kondisi masing-masing individu.

Akhirnya

Image Credit: Pexels

Sulit memiliki teman ketika telah dewasa merupakan fenomena yang umum dirasakan oleh banyak orang saat ini. Namun bukan berarti kesendirian dan kesepian harus menjadi sesuatu yang dimaklumi, malah hal ini harus disadari oleh setiap individu sebelum menjadi parah.

Mencari teman baru memang terasa sangat mengintimidasi, namun semua harus kembali ke diri masing-masing terlebih dahulu. Bagaimana kondisi ternyaman kita dalam berteman, karena pada akhirnya pertemanan adalah komitmen bersama bukan satu pihak saja.

Pertemanan yang sudah terjalin juga harus dijaga agar salah satu pihak tidak meninggalkan ataupun ditinggalkan. Maka dari itu penting bagi setiap individu untuk mengatur keseimbangan hidupnya untuk memberikan ruang dan energi terhadap teman tersebut.

Bagi Anda yang merasa bahwa kehidupannya didominasi oleh pekerjaan, maka ada kemungkinan Anda tengah mengalami overwork. Anda bisa mempelajarinya lewat artikel “Apa Sih Dampak Overwork? Terlalu Banyak Bekerja Ternyata Bisa Fatal“.

 

Featured image by Unsplash

Adi Nawan

Adi Nawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.