Seperti yang saya janjikan sebelumnya, kali ini kita akan berbicara mengenai perdebatan antara User Review vs. Critic Review. Sebelumnya, maaf jika sedikit terlambat, sebenarnya saya sudah menulis artikel ini beberapa hari yang lalu namun koneksi internet saya sempat diputus karena belum bayar tagihan kawkwakwakwawk…
Artikel ini merupakan lanjutan dari bagian pertama yang bisa Anda baca terlebih dahulu.
Perdebatan ini muncul ketika banyak situs-situs populer mulai memberikan bagian review kepada para pengguna, seperti Google Play, Steam, IMDB, Amazon, Newegg, ataupun yang lainnya.
Metacritics bahkan mengangkat fitur User Review satu tingkat lebih jauh dengan mengumpulkan sejumlah User Review, mencari nilai rata-rata (aggregate) dari kumpulan tersebut, dan juga membandingkan nilai rata-rata tadi dengan Critic Review.
Steam juga melakukan hal yang serupa namun dengan istilah yang berbeda. Critic Review di Steam diberi nama Steam’s Curator.
Lalu pertanyaannya adalah, manakah yang lebih valid atau lebih baik antara kedua jenis review tersebut?
Jujur saja saya katakan di awal artikel, saya kira inilah masalah kebanyakan orang yang melihat setiap perdebatan terlalu dangkal: satu sisi lebih baik dari sisi lainnya hanya karena satu atau dua alasan dan kemudian menihilkan semua nilai yang mungkin dapat ditemukan dari sisi yang berseberangan.
Apakah tidak bisa satu sisi / pilihan itu lebih baik di aspek tertentu namun lebih buruk di aspek lainnya?
Maksud saya adalah setiap hal, produk, opini, atau apapun itu, yang ada di dunia ini pasti punya kelebihan dan kekurangan. Jika Anda juga percaya dengan pernyataan tersebut, bukankah berarti satu hal bisa jadi lebih baik dan lebih buruk dari ‘lawan’nya di saat yang bersamaan?
Jika Anda masih bingung dengan apa yang saya tuliskan di atas, saya kira perdebatan antara User Review vs. Critic Review ini bisa jadi contoh sekaligus membantu Anda membaca dua jenis review tadi dengan kacamata yang berbeda.
Minimum Requirements
Setidaknya dari pengalaman saya, saya sangat percaya bahwa salah satu standar sebuah Critic Review itu wajib dan harus mampu menjabarkan kekurangan dan kelebihan sebuah produk.
Itu tadi masih salah satu dari sekian banyak aturan lainnya yang harus diterapkan ketika ingin menulis Critic Review, seperti kemampuan untuk menulis sesuai dengan struktur bahasa yang baik, kemampuan untuk menyusun ide yang terstruktur, ataupun pengetahuan yang komprehensif tentang produk yang ingin diulas.
Di aspek standar penulisan review inilah Critic Review, biasanya, lebih baik ketimbang User Review.
Tidak ada standar atau aturan main yang diterapkan di hampir semua User Review. Anda bisa melihat User Review di Google Play untuk melihat banyak sekali review-review yang tidak jelas aturan mainnya.
Ada banyak sekali pengguna yang hanya menuliskan satu dua kata untuk menilai satu aplikasi atau game tanpa argumen sama sekali: “very good“, “great“, “this is bad“, dkk. Namun ada juga pengguna yang mau menuliskan review yang sedikit lebih detil.
Users Review di IMDB dan Steam juga demikian dan bahkan lebih bertolak belakang antara yang baik dan tidak. Ada yang benar-benar detil, logis, dan terstruktur namun ada juga yang tidak menjabarkan argumennya sama sekali.
Namun demikian, karena tidak ada standar, semua orang bisa memberikan pendapatnya melalui User Review. Bagi saya pribadi, hal ini jadi nilai tersendiri karena membentuk sebuah Collective Knowledge.
Waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk bisa mencapai standar sebuah Critic Review itu memang tidak sedikit dan tidak semua orang memang bekerja sebagai reviewer. Karena itu, ada keterbatasan cakupan review produk yang bisa digarap oleh para reviewer.
Sedangkan User Review mengijinkan semua orang menyampaikan pendapatnya, terlepas apapun itu bentuknya, sehingga informasi tersebut bisa diakses dan dibagikan lebih cepat dan lebih luas cakupannya.
Mungkin, di lain waktu, saya akan bahas lebih detil tentang Collective Knowledge namun satu hal yang penting disadari di aspek ini adalah Anda lah yang harus lebih pintar dan bijak dalam menyaring semua informasi yang Anda terima.
Purpose & Credibility
Selain syarat minimum yang saya jelaskan tadi, saya percaya bahwa tujuan dan kredibilitas merupakan 2 aspek yang penting untuk disadari ketika Anda membaca review dan dalam perdebatan antara 2 jenis review ini.
Namun demikian, 2 aspek ini tidak sesederhana yang mungkin Anda bayangkan sebelumnya.
Di aspek tujuan, mungkin User Review bisa dibilang lebih jelas ketimbang Critic Review karena lebih sederhana.
Dengan asumsi pengguna tersebut memang riil – bukan akun palsu hasil bayaran perusahaan tertentu, User Review tidak punya kepentingan lain selain berbagi pendapat atau pengalaman.
Di sisi lain, tujuan Critic Review itu lebih kompleks dan njlimet – bahasa Jawanya – karena ada banyak kepentingan di sana.
Saya tadinya ingin menuliskan beberapa hal yang saya tahu terjadi di balik layar namun saya batalkan karena takut… aokwoakoakwoa…
Pastinya, paling tidak ada 4 kepentingan yang harus dipertimbangkan jika kita berbicara soal review di satu media:
1. Kepentingan perusahaan pemilik media (owner)
2. Kepentingan perusahaan pemilik produk yang di-review (client)
3. Kepentingan reviewer-nya sendiri
4. Kepentingan pembaca (user)
Sayangnya, tidak jarang 4 kepentingan tadi saling konflik dan berseberangan. Setiap media memiliki kebijakannya masing-masing dalam mengatur dan mengkompromikan kepentingan-kepentingan tadi jika terjadi konflik.
Saya pribadi tidak akan membenarkan atau menyalahkan kebijakan tertentu, karena, seperti yang saya tuliskan di awal artikel ini, satu pilihan itu bisa jadi lebih buruk dan lebih baik di saat yang sama ketika dibandingkan dengan pilihan lainnya.
Lalu bagaimana dengan kredibilitas? Di sisi kredibilitas, Critic Review jauh lebih mudah dikaji ulang – misalnya ditelusuri jejak review-review sebelumnya.
Kredibilitas sang reviewernya lebih mudah dicari tahu latar belakang pengalaman ataupun pengetahuannya, yang pasti akan berpengaruh terhadap ekspektasi dan tujuan hasil review dari reviewer tersebut.
Namun demikian, bukan berarti Users Review bisa dinihilkan kredibilitasnya.
Sebenarnya apakah definisi kredibilitas itu? Saya kira kredibilitas itu adalah tentang pengalaman dan pengetahuan sang reviewernya.
Pengalaman personal ataupun profesional ini bisa jadi landasan argumen yang baik, yang bisa digunakan di sebuah review singkat – yang biasanya berjenis User Reviews.
Misalnya saja seperti ini, kebetulan saja, saya punya sedikit pengalaman bermain musik. Saya dulu mencari uang saku dengan bermain bass atau brum dari di berbagai kesempatan – saya juga sempat jadi guru les drum private walaupun masih kelas kacangan alias kelas teri.
Meski memang masih kelas teri, sengaja atau tidak, ketika saya mendengarkan satu lagu, telinga saya akan lebih fokus pada pada permainan bass dan drum lagu tersebut di atas suara-suara lainnya.
Karena itulah saya sangat suka sekali dengan musiknya Bruno Mars karena ada Jamareo Artis sebagai bassist-nya ataupun musik-musik lain dengan dominasi permainan bass yang solid.
Di sisi lainnya, karena pengalaman personal saya tadi juga, saya sulit sekali untuk menyukai musik techno, musik-musik DJ, atau istilah lain yang ingin Anda gunakan, karena telinga saya tahu bedanya musik ‘handmade’ dan ‘machine-made‘.
Saya kira pengalaman saya tadi cukup bisa dijadikan justifikasi sebuah Users Reviews: argumen kenapa saya suka Bruno Mars dan tidak suka musik techno.
Anda bisa melihat beberapa User Reviews di IMDB yang menggunakan argumen yang serupa (berdasarkan pengalaman pribadi) dan saya kira hal ini lebih baik dibanding ‘review’ yang tidak menyertakan argumennya sama sekali karena, siapa tahu, mereka-mereka yang punya pengalaman serupa dengan saya juga akan memiliki pendapat yang sama dengan saya tentang satu produk.
Akhirnya, bagi saya pribadi, User ataupun Critic Review memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Ada aspek-aspek positif tertentu yang bisa ditawarkan Critic Review namun ada juga nilai positif yang bisa ditawarkan oleh User Review. Seperti yang saya tuliskan tadi di atas, satu sisi bisa jadi lebih baik dan lebih buruk di saat yang sama jika dibanding dengan sisi lainnya.
Saya kira pertanyaannya yang lebih penting untuk ditanyakan di sini lebih kepada, apakah harga, waktu, dan upaya yang harus dibayar untuk mendapatkan informasi dari review itu sebanding dengan produk yang ingin Anda cari tahu?
Maksudnya adalah, jika Anda ingin mengunduh game gratis di Google Play, saya kira Anda tidak perlu bersusah payah membaca atau mencari review game tersebut – karena Anda bisa langsung menghapus game tersebut jika tidak suka dan harga yang harus dibayarkan hanyalah waktu (dan mungkin kuota internet) untuk mengunduh game tersebut.
Meski Anda harus cari tahu dan benar-benar yakin dengan game tersebut jika Anda ingin mengeluarkan dana membeli In-App Purchase di satu game Free to Play.
Demikian juga dengan film misalnya. Kemungkinan besar, Anda rugi harga tiket bioskop dan waktu sekitar 2 jam, jika Anda tidak suka dengan film yang Anda tonton.
Sebaliknya, jika Anda ingin beli mobil, properti, ponsel, motherboard, atau produk lainnya yang harganya mungkin di atas penghasilan bulanan Anda, well, tidak ada salahnya juga Anda menyisihkan waktu lebih banyak untuk cari tahu tentang produk tersebut sebelum membeli.
Jangan salahkan orang lain ketika Anda membeli ponsel yang setara dengan 2 bulan gaji Anda, hanya setelah membaca satu ulasan produk tersebut selama 5 menit atau malah hanya melihat skor produk tersebut di satu majalah dalam sekejap mata.
Critic Review dan User Review tetap saja sama-sama berguna untuk membantu Anda menentukan pilihan di banyak pasar yang sudah tersaturasi sekarang ini.
Karena, saya percaya setiap informasi, apapun itu bentuk dan status kebenarannya, selalu berharga – tergantung pada kejelian dan kesadaran Anda sebagai penerima informasi.
Jakarta, 24 Maret 2017
Yabes Elia