Untuk bertahan di suatu pekerjaan, Anda pastinya memerlukan tempat kerja yang nyaman. Nah, bagaimana sih tanda-tanda lingkungan kerja toxic?
Akhir-akhir ini, terdapat banyak istilah-istilah baru di dunia kerja yang menjadi perbincangan hangat di media sosial. Salah satunya ada quiet firing, satu metode licik dari perusahaan untuk ‘memecat’ secara tidak langsung. Sedikit penjelasan singkat, quiet firing terjadi ketika perusahaan dengan sengaja membuat lingkungan kerja toxic alias tidak kondusif yang akan mendorong para pekerjanya untuk mengundurkan diri secara sukarela. Mengapa mereka melakukan quiet firing? Anda bisa mengetahui lebih lengkapnya di artikel satu ini.
Tidak hanya berujung pada resign, lingkungan kerja yang toxic juga dapat merugikan jalur karir Anda di masa depan hingga berdampak negatif pada kesehatan fisik maupun mental Anda. Lantas, kira-kira seperti apakah tanda-tanda lingkungan kerja toxic yang mungkin Anda telah hadapi?
Tanda-tanda Lingkungan Kerja Toxic
1. Selalu Mencari Kesalahan dan Menyalahkan Karyawan
Ciri pertama yang sering kali ditemukan pada lingkungan kerja yang toxic adalah petinggi-petinggi perusahaan yang selalu mencari kesalahan bawahannya. Tidak hanya itu, mereka juga tidak ingin terlihat ‘bertanggung jawab’ atas kesalahan mereka dan seringkali malah menyalahkan bawahannya. Ditambah lagi, atasan-atasan di sana biasanya juga tidak akan memuji prestasi atau pencapaian yang diraih oleh para pekerja.
Contoh nyatanya, kasus satu ini pernah terjadi di dua perusahaan teknologi besar, yaitu Google dan Meta. CEO dari kedua perusahaan itu, Sundar Pichai dan Mark Zuckerberg menyalahkan para karyawan atas blundernya keputusan bisnis mereka.
Untuk Meta sendiri, mereka mengalami kerugian sebesar US$2,8 miliar atau sekitar Rp43 triliun akibat “terlalu ambisius” membangun Metaverse. Menanggapi hal tersebut, Mark menyatakan bahwa perusahaannya “akan mulai memprioritaskan pekerjaan dengan lebih kejam, dan mungkin beberapa karyawannya akan memutuskan bahwa tempat (perusahaan) ini bukan untuk mereka.” Dikutip dari Vulcan Post.
2. Birokrasi
Bagi yang belum tahu, birokrasi merupakan cara bekerja atau susunan pekerjaan yang banyak lika-likunya atau menurut pada tata aturan tertentu. Karena itu, di suatu perusahaan yang menganut sistem birokrasi, Anda akan melihat terlalu banyak dewan komite, kelompok kerja, lapisan manajemen, serta langkah-langkah yang diperlukan untuk menghasilkan keputusan akhir. Yang artinya, terlalu banyak tingkat persetujuan untuk menyelesaikan atau menentukan suatu hal. Dalam kata lain, perusahaan tidak mempercayai karyawannya dalam membuat keputusan.
Dalam lingkungan kerja seperti ini, biasanya karyawan akan kehilangan motivasi bekerja mereka dan akhirnya memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam berinovasi. Beberapa pekerja kemungkinan besar akan melakukan quiet quitting akibat ini.
3. Fokus Perusahaan yang ‘Salah’
Tujuan dari perusahaan itu apa sih? Tentunya untuk menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya toh? Nah, terlepas dari itu, tentunya perusahaan juga harus memikirkan tentang sistem kerja dan bagaimana cara menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi para karyawannya. Sayangnya, ternyata masih terdapat banyak perusahaan yang berfokus semata-mata pada meraup keuntugan dan memotong pengeluaran sebanyak-banyaknya. Tentunya, fokus ini akhirnya akan menghancurkan lingkungan kerja.
Di perusahaan yang menganut fokus tersebut, Anda akan menemukan atasan-atasan yang sangat berambisi mendorong karyawannya dalam mencari keuntungan, menghancurkan persaingan, dan memotong biaya. Ini dapat membangun persaingan internal antar karyawan yang tidak sehat demi menaikkan angka penjualan perusahaan yang didukung oleh sistem manajemen kinerja yang berfokus pada kinerja individu daripada tim.
4. Penindasan
Seperti di sekolah, ternyata di lingkungan kerja juga terdapat penindasan lho. Meskipun tidak umum, tentunya Anda selalu memiliki kemungkinan dalam bertemu atasan atau rekan kerja yang hobi menindas di lingkungan kerja Anda. Berurusan dengan penindas memanglah bukan hal utama yang dipikirkan oleh sebagian besar pekerja atau manager saat mencoba menjalankan bisnis. Tetapi, jika dibiarkan, masalah penindasan dapat berakibat fatal pada kesehatan mental bahkan fisik.
Bahkan, menurut penelitian dari PubMed Central, sekitar 40 persen dari korban penindasan menderita kondisi kesehatan yang buruk seperti depresi, kecemasan, hingga penyakit fisik seperti fibromyalgia dan masalah kardiovaskular. Sebagian besar korban bahkan memutuskan untuk melepaskan pekerjaan mereka untuk menghindari penindasan.
Seperti apa sih bentuk-bentuk penindasan yang sering ditemukan di tempat kerja? Beberapa di antaranya ada pelecehan verbal, perilaku mengancam, serangan fisik, pencurian hasil kerja orang lain, menyalahkan kesalahan pada orang lain, penyalahgunaan wewenang, dan sebagainya.
5. Burnout (Kelelahan)
Pandemi COVID-19 memang membawa hal-hal baru di dunia perkantoran, salah satunya adalah fleksibilitas kerja dari WFH (work from home). Meski terlihat menyenangkan, ternyata sistem kerja WFH ini juga berdampak pada work-life ratio. Menurut Inc., dengan tidak adanya batasan yang jelas antara berada di kantor dan rumah, Anda akan mengalami kejenuhan lebih dari sebelumnya.
Bahkan, menurut laporan dari The Talkspace Employee Stress Check yang menyurvei 1,400 karyawan full-time di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka menganggap pekerjaannya terlalu membuat stres dan kelelahan bekerja.
Hal ini tentunya seringkali disebut dengan overwork. Apa itu overwork dan apa dampaknya? Anda dapat mengetahui lebih lengkap di artikel satu ini.
Feat image credit: edenhealth.com