Berikut Cara Belajar Paling Efektif berdasarkan Riset Kognitif

Pernahkah Anda mempelajari sesuatu namun susah masuk ke ingatan Anda? Apakah Anda pernah mencari cara lain untuk mempelajari hal yang sama? Apakah cara belajar yang berbeda akan mempengaruhi hasil akhir? Sebuah studi mempelajari sejumlah cara belajar yang dilakukan manusia, mulai dari yang efektif hingga yang kurang efisien.

Berikut tiga cara belajar paling efektif menurut riset kognitif:

1. Interleaving

Metode interleaved practice akan menerapkan sebuah jadwal belajar yang menggabungkan berbagai jenis materi dalam satu sesi belajar. Cara ini dinilai lebih efektif untuk melatih memori otak serta kemampuan motorik seseorang.

Pada kenyataannya, praktik ini jarang dilakukan atau bahkan belum banyak diketahui. Hal ini dikarenakan sistem pendidikan yang lebih menganjurkan untuk mempelajari satu hal dalam satu sesi pembelajaran, atau ketika menerima pelatihan dari kantor. Sama seperti salah satu quote dalam bahasa Inggris, “We have to learn to walk before we can run“. Namun ternyata, cara tersebut tidaklah seampuh itu menurut penelitian.

Contoh sederhana ketika belajar untuk bermain gitar. Umumnya, seseorang akan belajar hal-hal dasar seperti scale terlebih dahulu. Setelah dianggap bisa, barulah masuk ke teori chord atau arpeggio. Jika mengikuti metode interleaved practice, cara yang lebih efektif adalah dengan mempelajari scale, chord, dan arpeggio dalam satu sesi belajar.

Apa yang melatari hal tersebut? Sebuah teori menyatakan bahwa interleaving practice akan meningkatkan kinerja otak untuk membedakan berbagai macam ilmu. Ketika menggunakan cara belajar tradisional yang mempelajari satu hal secara terus-menerus, maka otak akan menimbulkan apa yang disebut muscle memory. 

Interleaved practice ini akan mencegah hal tersebut dengan menyelipkan berbagai jenis materi untuk dipelajari. Dengan metode ini, otak akan dipaksa untuk sadar, untuk tetap melihat, berpikir, dan merasakan setiap konsep atau pergerakan.

Dalam riset tadi, sekelompok pelajar SMP yang menggunakan metode interleaved practice memiliki skor 25% lebih baik dibandingkan dengan murid lain dalam kurun waktu 3 bulan belajar. Dan ketika materi yang sama dipelajari kembali setelah 30 hari kemudian, maka perbedaanya meroket ke angka 75%.

Itu artinya, interleaved practice memiliki efek jangka panjang, yang akan melatih cara kerja otak hingga seterusnya.

2. Distributed Practice

Metode ini menerapkan sebuah jeda waktu tertentu, seusai kegiatan belajar secara konsisten.

Sebagai contoh, ketika seseorang akan melakukan presentasi, ia akan menghafalkan setiap poin penting yang akan disampaikan hingga menit terakhir sebelum presentasi dimulai. Selain dinilai tidak ampuh, cara tersebut juga akan memberikan rasa stres yang tinggi.

Lalu bagaimana cara yang lebih efisien? Menurut distributed practice, orang tersebut sebaiknya membaca bahan presentasinya, mengingat poin-poin penting, melakukan koreksi jika perlu, lalu memberikan jarak waktu tertentu untuk membacanya kembali. Lakukan hal tersebut secara berkala dan otak akan lebih mudah untuk mengingatnya kembali.

Mengapa bisa demikian? Studi mengatakan dengan memberikan jeda untuk setiap materi yang dipelajari, otak akan melakukan mengambil ingatan yang sudah disimpan sebelumnya. Dengan secara aktif dan berkala mengambil materi tersebut, hal tersebut akan semakin sulit untuk dilupakan.

Bahkan studi lain menyebutkan, jika belajar atau membaca sebelum tidur, lalu beristirahat, dan ketika di pagi hari melakukan ulasan kembali, maka kemampuan ingatannya akan meningkat hingga 50%, dengan waktu belajar yang lebih pendek dibandingkan dengan, misal, sistem kebut semalam.

3. Practice Testing / Self-Testing

Self-Testing adalah metode untuk menguji diri sendiri terhadap materi yang sedang dipelajari. Biasanya, seseorang akan belajar ketika akan menghadapi sebuah ujian. Ujian tersebut biasanya memiliki sebuah resiko tinggi, misal seperti tidak naik kelas, tidak lulus, atau tidak diterima di instansi atau sekolah tertentu.

Dengan melakukan ujian terhadap materi yang sedang dipelajari, contohnya seperti tebak-tebakan yang dibuat dan dijawab sendiri, orang tersebut akan langsung tahu dan mengkoreksi, ketika ia memberi jawaban yang salah. Dengan menuai banyak kesalahan, maka orang tersebut akan langsung sadar terhadap jawaban yang benar.

Walau terdengar aneh, cara belajar ini dinilai menjadi yang paling cepat dan efisien dibandingkan metode-metode yang diurutkan tadi. Tidak hanya memberikan cara belajar yang cepat, namun cara ini memiliki reward system yang akan meningkatkan kepercayaan diri, serta memberikan rasa penasaran ketika menjawab dengan keliru.

Daniel Hamiaz

Daniel Hamiaz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.